Instant Internet Business Ideas
Sabtu, 17 Oktober 2009

Jam Biologis Menentukan Waktu yang Tebat untuk Kemoterapi


cancer-cells

Selama bertahun-tahun telah dipercaya bahwa waktu pemberian kemoterapi adalah salah satu faktor penting bagi efektifitas pengobatan kanker. Namun, kurangnya bukti-bukti solid untuk mendukung pernyataan tersebut membuat pakar kesehatan cenderung mengabaikan parameter waktu ketika memberikan obat pada pasien.

Sebuah studi di University of Carolina, USA, mengusulkan teori bahwa kemoterapi akan bekerja secara efektif pada saat enzim tertentu sedang dalam konsentrasi rendah. Enzim tersebut bekerja untuk membalikkan efek dari obat-obatan kemoterapi. Teori tersebut telah mereka buktikan dengan serangkaian eksperimen menggunakan mencit sebagai hewan eksperimen.

Sistem enzim yang dimaksud dinamakan nucleotide excision repair atau perbaikan nukleotida akibat kerusakan yang disebabkan radiasi ultraviolet dan kemoterapi. Manfaat lain dari pemahaman terhadap sistem tersebut dapat membantu dokter untuk menentukan kapan seseorang harus mendapat sinar matahari yang minumum demi menghindari kanker kulit.

Ketua tim peneliti universitas ini, Aziz Sancar, M.D., PhD, menyatakan bahwa penentuan waktu kemoterapi sangat krusial bagi penyembuhan kanker, dan timnya memiliki data-data molekular untuk mendukung hal tersebut. Pemberian obat harus dilakukan ketika proses reparasi DNA sel-sel kanker berada pada level yang rendah sehingga hasil terapinya akan lebih efisien, dan efek samping pengobatan dapat diminimalisir.

Pemicu dari siklus reparasi DNA sel kanker adalah jam biologis yang mengatur masing-masing organisme dalam rentang waktu per24 jam. Setiap sel dalam tubuh memiliki jam internal tersendiri, dan keseluruhan jadwal tersebut dikendalikan oleh pusat kontrol yang paling besar, yaitu rangkaian neuron dalam otak.

Sancar menyelidiki hubungan fungsional antara ritme harian tubuh terhadap jadwal perbaikan DNA. Dalam proses ini, bagian DNA yang rusak dipotong dan digantikan dengan potongan yang sesuai. Beliau beserta tim memulai penyelidikan mereka dengan menganalisis perbaikan kerusakan sel-sel serebrum (otak besar) pada tikus. Ternyata waktu reparasi minumum terjadi pada pagi hari, dan maksimum terjadi pada malam hari. Setelah itu, mereka mengamati tiap-tiap komponen yang menyusun sistem reparasi tersebut, dan menemukan suatu enzim, bernama XPA, yang levelnya sebanding dengan osilasi jam harian tubuh. Hal ini membuktikan bahwa reparasi DNA berkaitan dengan jam biologis tubuh, serta prosesnya diinisiasi dengan adanya kenaikan level enzim tertentu pada waktu tertentu.

Sancar melanjutkan studinya pada studi sel-sel testis tikus. Dasar dari pengamatan tersebut adalah sisplatin, yaitu agen kemoterapeutik yang digunakan untuk mengobati kanker testis, dan cara kerjanya adalah merusak DNA. Obat ini dianggap manjur oleh banyak orang, salah satunya Lance Armstrong, meskipun 1 dari 10 orang tidak berhasil disembuhkan olehnya, serta efisiensinya lebih rendah untuk kanker usus, ovarium, dan paru-paru. Beliau masih mengujicobakan obat tersebut pada jam-jam di mana reparasi DNA hampir tidak aktif.

Selain itu, beliau juga meneliti waktu-waktu yang paling baik untuk mendapat sinar matahari, tanpa beresiko terkena kanker kulit karena enzim XPA juga memperbaiki mutasi DNA akibat radiasi ultraviolet. Hasil penemuannya menunjukkan, jika kulit tikus memiliki jam biologis yang serupa dengan manusia, maka waktu paling aman untuk berjalan-jalan di bawah sinar matahari adalah pukul 6 hingga 10 dan 14 hingga 18.

0 komentar:

Posting Komentar

Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News

Quote of the Day

Spelling Bee
difficulty level:
score: -
please wait...
 
spell the word:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!

 

Hangman
SEO Complete Guide for Wordpress

About Me

Foto saya
manusia biasa yang ingin menjadi luar biasa. Enjoy Aja ...!!!

Visitor

Blog Archive

Tampilkan Semua Posting