Jam Biologis Menentukan Waktu yang Tebat untuk Kemoterapi
Sebuah studi di University of Carolina, USA, mengusulkan teori bahwa kemoterapi akan bekerja secara efektif pada saat enzim tertentu sedang dalam konsentrasi rendah. Enzim tersebut bekerja untuk membalikkan efek dari obat-obatan kemoterapi. Teori tersebut telah mereka buktikan dengan serangkaian eksperimen menggunakan mencit sebagai hewan eksperimen.
Sistem enzim yang dimaksud dinamakan nucleotide excision repair atau perbaikan nukleotida akibat kerusakan yang disebabkan radiasi ultraviolet dan kemoterapi. Manfaat lain dari pemahaman terhadap sistem tersebut dapat membantu dokter untuk menentukan kapan seseorang harus mendapat sinar matahari yang minumum demi menghindari kanker kulit.
Ketua tim peneliti universitas ini, Aziz Sancar, M.D., PhD, menyatakan bahwa penentuan waktu kemoterapi sangat krusial bagi penyembuhan kanker, dan timnya memiliki data-data molekular untuk mendukung hal tersebut. Pemberian obat harus dilakukan ketika proses reparasi DNA sel-sel kanker berada pada level yang rendah sehingga hasil terapinya akan lebih efisien, dan efek samping pengobatan dapat diminimalisir.
Pemicu dari siklus reparasi DNA sel kanker adalah jam biologis yang mengatur masing-masing organisme dalam rentang waktu per24 jam. Setiap sel dalam tubuh memiliki jam internal tersendiri, dan keseluruhan jadwal tersebut dikendalikan oleh pusat kontrol yang paling besar, yaitu rangkaian neuron dalam otak.
Sancar menyelidiki hubungan fungsional antara ritme harian tubuh terhadap jadwal perbaikan DNA. Dalam proses ini, bagian DNA yang rusak dipotong dan digantikan dengan potongan yang sesuai. Beliau beserta tim memulai penyelidikan mereka dengan menganalisis perbaikan kerusakan sel-sel serebrum (otak besar) pada tikus. Ternyata waktu reparasi minumum terjadi pada pagi hari, dan maksimum terjadi pada malam hari. Setelah itu, mereka mengamati tiap-tiap komponen yang menyusun sistem reparasi tersebut, dan menemukan suatu enzim, bernama XPA, yang levelnya sebanding dengan osilasi jam harian tubuh. Hal ini membuktikan bahwa reparasi DNA berkaitan dengan jam biologis tubuh, serta prosesnya diinisiasi dengan adanya kenaikan level enzim tertentu pada waktu tertentu.
Sancar melanjutkan studinya pada studi sel-sel testis tikus. Dasar dari pengamatan tersebut adalah sisplatin, yaitu agen kemoterapeutik yang digunakan untuk mengobati kanker testis, dan cara kerjanya adalah merusak DNA. Obat ini dianggap manjur oleh banyak orang, salah satunya Lance Armstrong, meskipun 1 dari 10 orang tidak berhasil disembuhkan olehnya, serta efisiensinya lebih rendah untuk kanker usus, ovarium, dan paru-paru. Beliau masih mengujicobakan obat tersebut pada jam-jam di mana reparasi DNA hampir tidak aktif.
Selain itu, beliau juga meneliti waktu-waktu yang paling baik untuk mendapat sinar matahari, tanpa beresiko terkena kanker kulit karena enzim XPA juga memperbaiki mutasi DNA akibat radiasi ultraviolet. Hasil penemuannya menunjukkan, jika kulit tikus memiliki jam biologis yang serupa dengan manusia, maka waktu paling aman untuk berjalan-jalan di bawah sinar matahari adalah pukul 6 hingga 10 dan 14 hingga 18.
demarcation | |
Definition: | The boundary of a specific area. |
Synonyms: | limit |
Of all those in the army close to the commander none is more intimate than the secret agent; of all rewards none more liberal than those given to secret agents; of all matters none is more confidential than those relating to secret operations.
Sun Tzu (544 BC-496 BC) |
About Me
Visitor
Blog Archive
-
▼
2009
(84)
-
▼
Oktober
(84)
- Kimiawan adalah Pemain di belakang Layar
- Mimpi Semalam
- Mr. Drakula Ikut Pesta
- Brassinolide, Steroid Perangsang Tumbuhan
- Mengenal dan Menangkal Radikal Bebas
- Bioremoval, Metode Alternatif Untuk Menanggulangi ...
- Microsphere, Drug Delivery untuk Hepatitis B
- RNAi vs H5N1
- Klorofil sebagai Darah Hijau Manusia
- Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben Logam Bera...
- Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben Logam Bera...
- Homoseksual, tinjauan dari perspektif ilmiah
- Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam
- Peran Komputer dalam Penemuan Obat
- Biosensor dan Aplikasinya
- Kanari Kimia dalam Tambang Batu Bara Biologis
- Ilmu Untuk Mencium
- Golongan Feromon Baru Ditemukan
- DNA Tiruan
- Senyawa Dari Bakteri Untuk Pengendalian DBD
- Manusia Bisa Mengindera Cahaya Melalui Kulit
- Sel Buatan yang Mampu Menemukan Lokasi Penyakit da...
- Perangkap Logam untuk Menghentikan Alzheimer
- Peter Agre, Penemu Water Channels
- Antibodi Rekayasa Bisa Mengurangi Risiko Kemoterapi
- Semut Dan Kimia
- Membuat Obat Dengan Medium Khamir
- Di balik Teknologi Tes DNA
- Bakteri yang Berfotosintesis Tanpa Air
- Mengungkap Rahasia Reparasi DNA
- Kalimat-Kalimat Maut Untuk Mikroba
- Inhibitor Protein Dipeptidyl Peptidase-4, Generasi...
- Komputer biologis dari RNA
- Pengobatan bebas suntikan untuk pasien diabetes?
- Zn dapat mengenali sel-sel bakteri
- Bakteri Akuatik sebagai Tabir Surya Alami
- Kristalisasi dengan Bantuan DNA
- Kompor Gas Berbahan Bakar Sekam Padi
- Ampas kopi sebagai bahan alternatif bahan biosolar
- Kompleks kobalt-aspirin menjanjikan sebagai anti-t...
- Fakta tentang Feromon
- Rekayasa tanaman untuk menghasilkan obat-obat pote...
- Indikator bau badan sebagai ganti sidik jari berba...
- Zat aditif makanan mempromosikan regenerasi jaringan
- Pendahuluan Sistem diagnostik DNA
- Usia fotosintesis dipertanyakan
- Hubungan sinergis antara Bioinformatika dan Biokimia
- Pelajaran kimia di kamar mandi
- Cara sederhana daur ulang limbah biodiesel
- Peneliti menggunakan Komputer Super untuk menelusu...
- Dari Lemak ke Bahan Bakar
- Komputasi Biokimia berhasil mengungkapkan petunjuk...
- Bunga yang sedang kehilangan wanginya
- Komputasi Biokimia telah membantu memecahkan masal...
- Penggunaan Komputer sebagai Strategi melawan Kanker
- Teknik Komputasi baru dapat memprediksi efek sampi...
- Ilmuwan Telah Menemukan Struktur Yang Paling Mende...
- Biofilm dan Keadaan Tumbuhnya
- Teka-Teki Patogenesitas Osteoporosis Telah Dipecah...
- Cara Baru untuk Mengobati Depresi
- Penyerapan Garam Mempengaruhi Tekanan Darah
- Variasi Tingkat Imunitas Pasien Influenza
- Kulit Buatan Berhasil Diproduksi Melalui Proses Ot...
- Bakteri Pengurai Kolesterol Diisolasi dari Lumpur ...
- Prediksi kegunaan baru dari obat lama berdasarkan ...
- Isolasi Geografis Memicu Evolusi Mikroba Termofilik
- Pembentukan Struktur Tiga Dimensi dengan Origami DNA
- Analisis Virus Flu Untuk Mendapat Vaksin Yang Lebi...
- Nanoteknologi Ultrasonik Membuka Jalan Untuk Melak...
- Pompa Jantung Generasi 3
- Tiga pasien Rumah Sakit Presbytarian, New York ...
- Kemajuan Neuroscience Membuka Kemungkinan Edit Memori
- Enzim “hidroksietilfosfonat dioksigenase” (HEPD) M...
- Gen Penyebab Fibrosis Pulmonaris Idiopatik
- Dentigerumycin: Senyawa Antibiotik mediator dari S...
- Kekurangan Gizi di Otak Picu Alzheimer
- Jam Biologis Menentukan Waktu yang Tebat untuk Kem...
- Cara Baru Atasi Obesitas dan Diabetes
- Ikatan Baru ditemukan pada Semua Makhluk Hidup
- Evolusi Klasik dalam Tabung Reaksi
- Asal Usul Sklerosis Multipel
- Kinds of Diseases
- Diabetes Diets - Modifications of Carbohydrate Intake
- 5 Nutrient Packed Carbohydrate Sources
-
▼
Oktober
(84)
0 komentar:
Posting Komentar